Pertumbuhan dan Perkembangan


A Pertumbuhan dan Perkembangan
pada Tumbuhan

Pertumbuhan mengandung pengertian pertambahan ukuran, dapat
berupa volume, massa, tinggi, dan ukuran lainnya yang dapat dinyatakan
dalam bilangan atau bentuk kuantitatif. Adapun perkembangan mengandung
pengertian bertambah dewasanya suatu individu (Gambar 1.1).
Makhluk hidup dikatakan dewasa jika alat-alat reproduksinya telah
berfungsi. Tumbuhan akan berbunga dan hewan akan menghasilkan sel-sel
kelamin. Ada pula yang mengartikan perkembangan sebagai perubahan akibat
proses diferensiasi yang menyebabkan perbedaan struktur dan fungsi organorgan
makhluk hidup sehingga semakin kompleks. Dengan demikian,
perkembangan merupakan perubahan kualitas suatu individu.
1. Pertumbuhan
Secara harfiah, pertumbuhan diartikan sebagai perubahan yang dapat
diketahui atau ditentukan berdasarkan sejumlah ukuran atau kuantitasnya.
Pertumbuhan meliputi bertambah besar dan bertambah banyaknya sel-sel
pada jaringan.
Proses yang terjadi pada pertumbuhan adalah suatu kegiatan yang
irreversible (tidak dapat kembali ke bentuk semula). Akan tetapi, pada beberapa
kasus, proses tersebut dapat reversible (terbalikkan) karena pada pertumbuhan
terjadi pengurangan ukuran dan jumlah sel akibat kerusakkan sel atau
dediferensiasi sel. Sebagai contoh, jika Anda akan memperbanyak tumbuhan
melalui cara vegetatif, bagian manakah yang akan Anda pakai? Bunga, buah,
ataukah batang? Pilihannya tentu akan jatuh pada batang. Walaupun semua
organ tersebut memiliki aktivitas pembelahan sel, semuanya disusun oleh
jenis sel yang berbeda. Bunga dan buah merupakan organ reproduksi yang
disusun oleh sel-sel reproduktif atau embrionik, sedangkan cabang atau
batang disusun oleh sel-sel tubuh atau somatik.
Sel-sel tubuh (somatik) memiliki potensi untuk tumbuh kembali
membentuk jaringan yang sama, sedangkan sel embrionik tidak. Dengan
aktivitas perbanyakan sel tersebut, akan dihasilkan kembali sel-sel
meristematis yang akan menjadi batang, akar, daun, dan bagian reproduktif.
Adapun sel embrionik akan mati karena tidak ada sokongan sel lainnya.
Selama proses tumbuhnya akar, batang, ataupun daun pertumbuhan dapat
dikuantifikasi dalam bentuk panjang akar, jumlah daun, tinggi tumbuhan,
atau bahkan berat total tumbuhan. Berdasarkan gambaran tersebut, dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa pertumbuhan merupakan perubahan
kuantitatif dari ukuran sel, organ, atau keseluruhan organisme.
2. Perkembangan
Perkembangan makhluk hidup lebih tepat diartikan sebagai suatu
perubahan kualitatif yang melibatkan perubahan struktur serta fungsi yang
lebih kompleks. Seperti yang telah Anda ketahui, organ kulit pada manusia
tumbuh bersamaan dengan bertambahnya ukuran tubuh. Akan tetapi, ketika
mencapai kedewasaan, hanya pada bagian tertentu dari tubuh kita mulai
bermunculan rambut tambahan. Selain itu, organ-organ tertentu mulai
tumbuh membesar, seperti bagian dada pada perempuan dan jakun pada
laki-laki. Mengapa semua itu hanya tumbuh pada masa tertentu saja, tidak
bersamaan dengan pertumbuhan organ lainnya? Suatu hal yang patut kita
pahami dalam perkembangan adalah adanya diferensiasi sel.

Diferensiasi dapat diartikan sebagai perubahan sel menjadi bentuk lainnya
yang berbeda baik secara fungsi, ukuran, maupun bentuk. Contoh mudah
mengenai diferensiasi dapat Anda temukan pada pembentukan bunga. Amati
dari mana bunga tersebut berasal. Apakah sama dengan awal mulanya tumbuh
tunas? Mengapa pada bagian tersebut yang tumbuh justru bunga? Diferensiasi
juga terjadi pada bagian tubuh manusia, yakni pada pembentukan sel-sel
kelamin (gonad) ketika embriogenesis. Contoh lainnya pada proses
pembentukan anak ayam dari embrio dalam telur. Pada proses diferensiasi,
dapat terjadi dua hal penting, yakni perubahan struktural yang akan
mengarah pada pembentukan organ, serta perubahan kimiawi yang dapat
meningkatkan kemampuan sel.
Dapatkah Anda menghitung perkembangan yang terjadi, baik dalam
jumlah maupun ukuran? Tentu akan sulit, karena semua proses tersebut terjadi
secara kualitatif dan hanya dapat dibandingkan secara subjektif tanpa ukuran
yang tepat. Proses perkembangan banyak berkaitan dengan faktor internal
yang terjadi pada waktu yang tidak bersamaan. Oleh karena itu, perkembangan
dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan yang diikuti oleh
pendewasaan dan kematangan sel, serta diiringi oleh spesialisasi fungsi sel.
3. Macam-Macam Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan pada tumbuhan ada yang berupa pertumbuhan primer,
ada pula yang berupa pertumbuhan sekunder. Kedua pertumbuhan ini
sebenarnya berasal dari jaringan yang sama, yakni meristem. Meristem
merupakan suatu jaringan yang memiliki sifat aktif membelah. Pertumbuhan
primer berasal dari meristem primer, sedangkan pertumbuhan sekunder
berasal dari meristem sekunder. Adakah perbedaan lain di antara kedua
macam pertumbuhan tersebut?
a. Pertumbuhan Primer
Pertumbuhan yang terjadi selama fase embrio sampai perkecambahan
merupakan contoh pertumbuhan primer. Struktur embrio terdiri atas tunas
embrionik yang akan membentuk batang dan daun, akar embrionik yang
akan tumbuh menjadi akar, serta kotiledon yang berperan sebagai penyedia
makanan selama belum tumbuh daun.
Jika biji berkecambah, struktur yang pertama muncul adalah radikula
yang merupakan bakal akar primer. Radikula adalah bagian dari hipokotil
dan merupakan struktur yang berasal dari akar embrionik. Pada bagian ujung
atas, terdapat epikotil, yakni bakal batang yang berasal dari tunas embrionik.
Tahap awal pertumbuhan pada tumbuhan monokotil berbeda dengan
dikotil. Pada monokotil, akan tumbuh koleoptil sebagai pelindung ujung bakal
batang. Begitu koleoptil muncul di atas permukaan tanah, pucuk daun pertama
akan muncul menerobos koleoptil. Biji masih tetap berada di dalam tanah dan
memberi suplai makanan kepada kecambah yang sedang tumbuh. Perkecambahan
seperti ini dinamakan perkecambahan hipogeal

Bagaimanakah perkecambahan pada tumbuhan dikotil? Pada dikotil
tidak muncul koleoptil. Dari dalam tanah, kotiledonnya akan muncul ke
atas permukaan tanah bersamaan dengan munculnya daun pertama.
Kotiledon akan memberi makan bakal daun dan bakal akar sampai keduanya
dapat mengadakan fotosintesis. Itulah sebabnya, lama-kelamaan kotiledon
menjadi kecil dan kisut. Perkecambahan yang kotiledonnya terangkat ke
permukaan tanah dinamakan perkecambahan epigeal.

Pada ujung pucuk dan ujung akar, terdapat jaringan yang bersifat meristematik.
Jaringan meristem yang terletak di ujung akar menyebabkan
pemanjangan akar. Pertambahan panjang akar pada jagung mencapai 1 cm
per hari. Ujung akar akan menghasilkan tudung akar. Tudung akar akan
menghasilkan lendir yang dapat mempermudah akar menembus tanah.
Menurut Hopson (1990: 475), pada ujung akar terdapat tiga daerah
pertumbuhan berturut-turut dari ujung ke pangkal, yakni daerah pembelahan,
daerah pemanjangan, dan daerah diferensiasi.

Sel-sel di daerah pembelahan akan membelah secara mitosis sehingga selnya
bertambah banyak. Daerah pemanjangan akan membentuk bakal epidermis ke
arah luar. Pada daerah diferensiasi, sel-selnya akan berdiferensiasi membentuk
komponen pembuluh angkut, epidermis, dan bulu-bulu akar.
Ujung pucuk juga merupakan jaringan meristematik. Jaringan ini akan
berdiferensiasi menjadi epidermis, floem, xilem, korteks, dan empulur.
Meristem ini dilindungi oleh primordium daun. Letak primordium daun
pada batang mengikuti pola berhadapan atau pola bergantian yang nantinya
akan membentuk rangkaian daun sesuai dengan pola tersebut

b. Pertumbuhan Sekunder
Semakin tua, batang tumbuhan dikotil akan semakin membesar. Hal ini
disebabkan adanya proses pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan sekunder
ini tidak terjadi pada tumbuhan monokotil. Bagian yang paling berperan
dalam pertumbuhan sekunder ini adalah kambium dan kambium gabus
atau felogen. Ke arah dalam, kambium akan membentuk pembuluh kayu
(xilem), sedangkan ke arah luar kambium akan membentuk pembuluh tapis
(floem). Kambium pada posisi seperti ini dinamakan kambium intravaskular.
Sel-sel parenkim yang terdapat di antara pembuluh, lama-kelamaan
berubah menjadi kambium. Kambium ini dinamakan kambium intervaskular.

Kedua macam kambium tersebut lama-kelamaan akan bersambungan.
Posisi kambium yang semula terpisah-pisah, kemudian akan berbentuk
lingkaran. Kedua macam kambium ini akan terus berkembang membentuk
xilem sekunder dan floem sekunder sehingga batang menjadi semakin
besar.  Akibat semakin besarnya batang,
diperlukan jalan untuk mengangkut makanan ke arah samping (lateral).
Untuk keperluan tersebut, dibentuklah jari-jari empulur.
Aktivitas kambium bergantung pada keadaan lingkungan. Pada musim
kemarau, kambium tidak aktif. Walaupun aktif, kambium hanya akan
membentuk sel-sel xilem berdiameter sempit. Ketika air berlimpah, kambium
akan membentuk sel-sel xilem dengan diameter besar. Perbedaan ukuran
diameter ini akan menyebabkan terbentuknya lingkaran-lingkaran pada
penampang melintang batang. Lingkaran ini dikenal dengan lingkaran
tahun, yang dapat digunakan untuk memperkirakan umur tumbuhan

Sementara itu, kambium gabus atau felogen juga melakukan aktivitasnya.
Felogen ini akan membentuk lapisan gabus. Ke arah dalam, felogen membentuk
feloderm yang merupakan sel-sel hidup dan ke arah luar membentuk
felem (jaringan gabus) yang merupakan sel-sel mati. Lapisan gabus perlu
dibentuk karena fungsi epidermis sebagai pelindung tidak memadai lagi.
Hal ini diakibatkan oleh pertumbuhan sekunder yang dilakukan kambium
mendesak pertumbuhan ke arah luar. Hal tersebut mengakibatkan rusaknya
epidermis sehingga kulit batang menjadi pecah-pecah. Adanya lapisan gabus
mengakibatkan batang menjadi lebih terlindungi dari perubahan cuaca. Zat
suberin pada sel-sel gabus dapat mencegah penguapan air dari batang. Agar
pertukaran gas tetap berjalan lancar, di beberapa bagian dari permukaan
batang terdapat lentisel.

B Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
Pernahkah Anda memerhatikan pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan yang berada di daerah berbeda? Walaupun tumbuhan tersebut
satu jenis, pertumbuhan dan perkembangannya menunjukkan perbedaan,
bukan? Permasalahan tersebut umum kita temukan di bidang pertanian.
Meskipun pada prinsipnya pohon kelapa dapat tumbuh di mana saja, tetapi
hasil yang diperoleh akan bervariasi jika ditanam bertahap mulai dari daerah
pantai (dataran rendah) hingga ke daerah pegunungan (dataran tinggi). Iklim
yang sesuai diperlukan oleh tumbuhan agar dapat mengolah makanannya
secara optimal dan didukung oleh kondisi tanah yang merupakan sumber
makanan selama hidupnya.
Faktor lingkungan yang mendukung, ditambah dengan potensi dari
dalam tubuh tumbuhan merupakan kombinasi yang mengoptimalkan
produktivitas tumbuhan. Dengan demikian, ada dua hal yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, yaitu:
1. faktor internal, contohnya hormon yang mengontrol pertumbuhan dan
perkembangan;
2. faktor eksternal, contohnya kondisi fisik kimia lingkungan, seperti
panjang pendeknya hari, temperatur, sumber nutrisi, dan pencahayaan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan adalah hasil
dari interaksi antara faktor internal (potensi genetik) dengan faktor eksternal
(kondisi lingkungannya). Hilangnya pertumbuhan suatu organ atau jaringan
makhluk hidup dapat disebabkan oleh salah satu faktor di atas saja atau dapat
disebabkan oleh kedua-duanya.

Secara genetis, tumbuhan memiliki kloroplas. Akan tetapi, jika tidak Kata Kunci
ada cahaya, kloroplas tersebut tidak akan terbentuk. Tidak terbentuknya
kloroplas dapat disebabkan oleh faktor genetis dan faktor lingkungan.
Kloroplas pada tumbuhan dapat tidak terbentuk karena tidak diproduksinya
enzim yang diperlukan dalam pembentukan kloroplas atau karena
lingkungan tidak menyediakan cahaya atau mineral yang penting dalam
pembentukan kloroplas.
1. Faktor Internal
Faktor internal dipicu oleh serangkaian proses yang terjadi dalam sel,
seperti pembelahan, pemanjangan, dan diferensiasi. Umumnya, faktor-faktor
internal yang ada di dalam tubuh ini berupa senyawa biokimia, seperti
hormon dan enzim.
Hormon merupakan senyawa kimia yang diproduksi dalam konsentrasi
yang kecil oleh tubuh yang akan memengaruhi sel atau organ target. Pada
bahasan ini, kita akan mengenal beberapa hormon pada tumbuhan yang
membantu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan (Moore, et al,
1995: 275).
a. Auksin
Pada 1800-an, Charles Darwin mengamati pertumbuhan rumput yang
selalu menuju arah datangnya cahaya matahari. Seorang ahli pertanian,
Ciesielski, juga mengamati perkembangan akar yang membelok menuju arah
bumi. Kedua kejadian ini menghasilkan pertumbuhan ujung-ujung tumbuhan
yang berbelok. Hal ini baru dimengerti setelah ditemukan hormon auksin
yang bertanggung jawab dalam pemanjangan sel (batang) serta gerakan
tropisme (gerakan sel bagian tumbuhan sesuai dengan arah datangnya
rangsangan) pada tumbuhan. Auksin sangat mudah terurai oleh cahaya
sehingga menimbulkan gerakan fototropisme (gerakan yang disebabkan oleh
rangsang cahaya), seperti yang terlihat pada Gambar 1.6. Auksin yang tidak
terurai oleh cahaya dapat menimbulkan pertumbuhan yang cepat di tempat
gelap atau disebut etiolasi.
Auksin didominasi oleh senyawa golongan IAA (Indol Asetic Acid). Dalam
konsentrasi sangat sedikit (10-5 M), auksin dapat memengaruhi tumbuhan,
di antaranya:
1) dapat memicu pembelahan sel dan pemanjangan sel;
2) memengaruhi dalam pembentukan pucuk atau tunas baru dan jaringan
yang luka.
b. Giberelin
Giberelin ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang peneliti Jepang
bernama Fujikuro di tahun 1930-an. Ketika itu, ia sedang mengamati penyakit
Banane pada tumbuhan padi. Padi yang terserang oleh sejenis jamur memiliki
pertumbuhan yang cepat sehingga batangnya mudah patah. Jamur ini
kemudian diberi nama Gibberella fujikuroi yang menyekresikan zat kimia
bernama giberelin.
Giberelin ini kemudian diteliti lebih lanjut dan diketahui banyak berperan
dalam pembentukan bunga, buah, serta pemanjangan sel tumbuhan. Kubis
yang diberi hormon giberelin dengan konsentrasi tinggi, akan mengalami
pemanjangan batang yang mencolok. Beberapa fungsi dari
hormon giberelin adalah:
1) berperan dalam dominansi apikal, pemanjangan sel, perkembangan buah,
perbungaan, dan mobilisasi cadangan makanan dari dalam biji;
2) ikut berpengaruh terhadap pembentukan akar tumbuhan karena giberelin
umum terdapat di bagian meristematik pada akar.

c. Sitokinin
Aktivitas sitokinin pertama kali teramati ketika pembelahan sel oleh
Folke Skoog dari Universitas Wisconsin, Amerika Serikat. Sitokinin, sesuai
dengan namanya (sito= sel, kinin= pembelahan) berperan dalam pembelahan
sel, pemanjangan sel, morfogenesis, dominansi apikal, dan dormansi.
d. Asam absisat
Asam absisat ditemukan oleh peneliti yang bekerja pada penelitian
tentang dormansi pohon. Zat kimia yang diambil dari dedaunan sebuah
pohon ternyata memengaruhi pertumbuhan pucuk dan menginduksi
pembentukan tunas. Asam absisat berperan dalam penuaan, dormansi pucuk,
perbungaan, memacu sintesis etilen, dan menghambat pengaruh giberelin.
e. Etilen
Fenomena gas etilen pertama kali diamati oleh ilmuwan mulai abad ke-
19. Pada masa itu, sumber penerangan lampu jalanan yang digunakan berasal
dari pemanasan oleh batubara. Pepohonan yang berada di sekitar pembuangan
gas pembakaran diketahui menggugurkan daunnya secara tidak
wajar. Pada tahun 1901, sekelompok peneliti dari Rusia menemukan adanya
gas etilen pada pembakaran tersebut dan menyebabkan daun berguguran.
Kini, etilen telah secara luas digunakan sebagai zat pengatur tumbuh
pada tumbuhan. Pengaruh etilen ini adalah sebagai berikut.
1) Hormon ini akan menghambat pembelahan sel, menunda perbungaan,
dan menyebabkan absisi atau pengguguran daun.
2) Buah terlebih dahulu akan mengalami pematangan sebelum mengalami
pengguguran. Jadi, etilen membantu dalam proses pematangan buah.
2. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan
di antaranya adalah cahaya, temperatur, kandungan air, dan kesuburan tanah.
a. Makanan (Nutrisi)
Semua makhluk hidup membutuhkan makanan (nutrisi) untuk sumber
energi. Unsur yang diperlukan tumbuhan dalam jumlah besar yang disebut
elemen makro atau unsur makro. Elemen makro terdiri atas karbon, oksigen,
hidrogen, nitrogen, sulfur, fosfor, kalium, dan magnesium. Selain itu, ada
elemen yang disebut elemen mikro atau unsur mikro seperti besi, klor,
tembaga, seng, molibdenum, boron, dan nikel. Elemen mikro adalah unsur
yang diperlukan tumbuhan dalam jumlah sedikit (Moore, et al, 1995: 470).

Keadaan fisiologis berupa kekurangan elemen makro atau mikro disebut
defisiensi. Defisiensi yang terjadi pada tumbuhan akan berpengaruh terhadap
proses pertumbuhan. Contohnya, daun tumbuhan akan menguning jika
kekurangan besi (Fe), karena Fe berfungsi dalam pembentukan klorofil. Selain
itu, besi merupakan salah satu unsur yang diperlukan pada pembentukan enzimenzim
pernapasan yang mengoksidasi karbohidrat menjadi karbondioksida
dan air. Contoh lainnya, jika tumbuhan kekurangan unsur fosfor, tepi daunnya
akan menggulung

Jadi, media tanam untuk tumbuhan harus memenuhi elemen-elemen
yang dibutuhkan tumbuhan. Pemupukan merupakan salah satu cara
penambahan nutrisi yang dibutuhkan tumbuhan.
Pengaruh nutrisi tumbuhan dapat terlihat jika bercocok tanam menggunakan
hidroponik. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk
bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam. Media
tanam dapat berupa air, kerikil, pecahan genting, dan gabus putih. Media
kultur yang sering digunakan adalah kultur air. Tumbuhan ditanam pada
air yang telah dicampurkan berbagai mineral untuk menyuplai kebutuhan
tumbuhan. Jika tumbuhan yang ditanam pada kultur air kekurangan nutrisi,
tumbuhan tidak akan tumbuh baik.
b. Cahaya
Cahaya merah, biru, hijau, dan biru violet berperan sebagai sumber
energi dalam proses fotosintesis. Makanan hasil fotosintesis yang terdapat
pada tumbuhan akan digunakan untuk pertumbuhan. Biji yang ditanam dan
ditempatkan di tempat teduh akan tumbuh cepat, tetapi abnormal (tubuh
lemah). Peristiwa dinamakan etiolasi (lihat Gambar 1.10).
Cahaya dapat mengubah leukoplas menjadi kloroplas. Tersedianya cahaya
yang memadai akan meningkatkan pembentukan kloroplas. Pada tumbuhan
yang sama, tetapi hidup pada tempat yang berbeda pencahayaannya akan
menimbulkan perbedaan ukuran daun.
Daun dari tumbuhan yang berada di tempat yang cukup mendapatkan
cahaya memiliki ukuran yang lebih sempit, tetapi jaringan mesofilnya lebih
tebal daripada daun dari tumbuhan yang berada di tempat yang kurang
mendapatkan cahaya. Tinggi tumbuhan pada tempat yang kurang cahaya,
lebih tinggi daripada tumbuhan yang hidup pada tempat cukup cahaya. Hal
ini disebabkan pada tumbuhan yang hidup pada tempat yang kurang
mendapatkan cahaya, transpirasinya rendah sehingga kandungan air lebih
tinggi. Tingginya kandungan air memacu pembelahan sel dan pelebaran sel.
Akan tetapi, berat tumbuhan menjadi lebih rendah karena aktivitas fotosintesis
rendah. Stomata pada tumbuhan yang berada di tempat yang kurang
mendapatkan cahaya memiliki jumlah lebih sedikit, tetapi ukurannya besar.
Tumbuhan yang berada pada tempat yang mendapatkan cahaya cukup,
memiliki jumlah stomata lebih banyak dengan ukuran yang kecil. Sistem
perakaran tumbuhan yang hidup pada tempat yang cukup mendapatkan
cahaya lebih lebat dibandingkan dengan sistem perakaran tumbuhan yang
berada pada tempat kurang mendapatkan cahaya.
Adanya perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan lamanya
pencahayaan yang diterima oleh tumbuhan. Pada daerah yang memiliki
empat musim, kadang-kadang waktu siang lebih lama daripada waktu malam
atau waktu malam lebih lama daripada waktu siang.
Respons tumbuhan terhadap lama pencahayaan dinamakan fotoperiodisme.
Respons tumbuhan yang dimaksud adalah pertumbuhan,
perkembangan, dan produksi. Fotoperiodisme dikendalikan oleh fitokrom

yang ditemukan oleh Sterling B. Hendrik. Fitokrom adalah suatu protein
berwarna biru pucat yang terdistribusikan pada jaringan tumbuhan dengan
konsentrasi rendah serta mampu menerima cahaya merah (􀁍 = 660 nm) dan
infra merah (􀁍 = 730 nm).
Berdasarkan respon tumbuhan terhadap waktu terang atau waktu gelap,
tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan hari pendek (short-day plant),
tumbuhan hari panjang (long-day plant), dan tumbuhan hari netral (neutralday
plant). Penggolongan ini sebenarnya bergantung waktu gelap.
Tumbuhan hari pendek adalah tumbuhan yang membentuk bunga jika
lamanya waktu malam lebih panjang daripada waktu siang. Tumbuhan yang
tergolong hari pendek adalah kedelai, tembakau, stroberi dan Chrysanthemum
indicum.
Tumbuhan hari panjang adalah tumbuhan yang membentuk bunga jika
lamanya waktu malam lebih pendek daripada waktu siang. Tumbuhan yang
termasuk long-day plant adalah gandum, bit, dan bayam.
Tumbuhan hari netral adalah tumbuhan yang berbunga jika lamanya
waktu siang sama dengan waktu malam. Tumbuhan yang tergolong neutralday
plant adalah jagung, kacang merah, mentimun, dan kapas.
c. Temperatur
Temperatur sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan. Hal
ini karena berkaitan dengan aktivitas enzim dan kandungan air dalam tubuh
tumbuhan. Semakin tinggi temperatur, semakin besar pula transpirasi. Akan
tetapi, kandungan air dalam tubuh tumbuhan akan semakin rendah sehingga
proses pertumbuhan akan semakin lambat. Temperatur yang rendah dapat
memecahkan masa istirahat pucuk atau biji. Perlakuan temperatur yang
rendah akan memacu pembentukan ruas yang lebih panjang daripada ruas
dari tumbuhan yang tumbuh di daerah bertemperatur tinggi. Perlakuan
dengan temperatur dapat merangsang perkecambahan biji, peristiwa ini
dinamakan vernalisasi.
Termoperiodis adalah perbedaan temperatur antara siang dan malam,
yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu jenis tumbuhan.
Tumbuhan tomat akan tumbuh baik jika temperatur siang mencapai 26°C
dan temperatur malam mencapai 20°C. Pembentukan buah terjadi jika
temperatur malam mencapai 15°C. Akan tetapi, buah tidak terbentuk jika
temperatur malam mencapai 25°C.
d. Air
Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi tumbuhan. Air
berfungsi membantu reaksi kimia dalam sel. Selain itu, air menunjang proses
fotosintesis dan menjaga kelembapan.
Kandungan air yang terdapat dalam tanah berfungsi sebagai pelarut
unsur hara sehingga unsur hara tersebut mudah diserap oleh tumbuhan.
Selain itu, air memelihara temperatur tanah yang berperan dalam proses
pertumbuhan. Pertumbuhan akan berlangsung lebih aktif pada malam hari
daripada siang hari karena pada malam hari kandungan air dalam tubuh
tumbuhan lebih tinggi daripada siang hari.
e. pH
Derajat keasaman tanah (pH tanah) sangat berpengaruh terhadap
ketersediaan unsur hara yang diperlukan oleh tumbuhan. Pada kondisi pH
tanah netral unsur-unsur yang diperlukan, seperti Ca, Mg, P, K cukup
tersedia. Adapun pada pH asam, unsur yang tersedia adalah Al, Mo, Zn,
yang dapat meracuni tubuh tumbuhan.

f. Oksigen
Keadaan kadar oksigen yang terdapat dalam tanah selalu berlawanan
dengan kadar air dalam tanah. Jika kandungan air tinggi, kandungan udara
akan rendah. Kandungan oksigen dalam tanah sangat penting untuk respirasi
sel-sel akar yang akan berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara.

Leave a comment